Anggota Koalisi
Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Aliansi Buruh Menggugat/ABM (KASBI, SBSI 1992, SPOI, SBTPI, FNPBI, PPMI, PPMI 98, SBMSK, FSBMI, FSBI, SBMI, SPMI, FSPEK, SP PAR REF, FKBL Lampung, SSPA NTB, KB FAN Solo, AJI Jakarta, SBJ, FKSBT, FPBC, FBS Surabaya, PC KEP SPSI Karawang, GASPERMINDO, ALBUM Magelang, FKB Andalas), YLBHI, LBH Pers, LBH Jakarta, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), PBHI, TURC, LBH Pendidikan, Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Serikat Guru Tangerang, Serikat Guru Garut, Federasi Guru Independen Indonesia, ICW, LBH APIK, IKOHI, KONTRAS, PPR, Somasi-Unas, SPR, Arus Pelangi, GMS, LPM Kabar, Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Praksis, Forum Pers Mahasiswa Jabodetabek (FPMJ), FMKJ, Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP), FSPI, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Repdem Jakarta, SPN, OPSI, SP LIATA, SPTN Blue Bird Grup
Links
Media
Tuesday, May 1, 2007
Manajemen Kudeta Serikat Pekerja Kompas


Jakarta, Kompas Inside. Tragis. Bertepatan dengan peringatan Hari Buruh Internasional, Mayday, manajemen Kompas memperingatinya dengan cara keterlaluan: melakukan kudeta terhadap pengurus Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) yang sah.

Caranya, sejumlah karyawan yang didukung manajemen Kompas dan di bawah kendali Pemred Kompas Suryopratomo, menyelenggarakan pemilihan pengurus PKK secara liar. Salah satu tokoh penggagas pemilu tersebut adalah fotografer Kompas, Arbain Rambey.

Ironisnya, pemilihan pengurus PKK rekayasa yang digelar dalam rangkaian pemberangusan serikat pekerja yang sejati (union busting) itu, dilaksanakan pada 1 Mei pada saat ribuan buruh di tanah air merayakan Hari Buruh Internasional.

Padahal, pengurus PKK yang lama, Syahnan Rangkuti dkk sudah menyatakan memperpanjang kepengurusan serikat pekerja yang dia pimpin hingga Agustus 2007.

Perpanjangan masa kepengurusan itu dilakukan menyusul pemecatan sepihak Sekretaris PKK Bambang Wisudo oleh Pemred Kompas tanggal 8 Desember 2006. Untuk itu PKK sudah mengirim surat pemberitahuan resmi ke Dinas Tenaga Kerja setempat.

Ludruk
Pemilihan pengurus PKK secara liar yang dilakukan Arbain dan kawan-kawan tidak ditanggapi antusias oleh karyawan Kompas.

Sebagian karyawan mempertanyakan mengapa calon-calon yang diajukan tidak ada yang punya jejak rekam cukup vokal menyuarakan kepentingan karyawan. Yang muncul hanya sejumlah calon yang berorientasi mobilitas vertikal belaka.

Lucunya, kudeta terhadap pengurus serikat pekerja yang sah dan sejati (genuine) itu, tak ubahnya seperti panggung ludruk. Calon-calon yang diajukan merupakan orang-orang yang direstui manajemen.

Setidaknya, hingga kemarin ada lima calon yang sudah diajukan. Yakni Rivanto, Frans Muntasir, Jannes Eudes Wawa, Tjahja Gunawan, dan Adhi Kusumaputra.

Rivan dan Frans merupakan calon berpasangan. Tapi belakangan Rivan mengundurkan diri dari pencalonan. Jadi yang tinggal hanya Jannes Eudes Wawa, Tjahja Gunawan, dan Robert Adhi Kusumaputra.

Balon Manajemen
Meskipun ketiga bakal calon (balon) direstui, tetapi tetap ada friksi di kalangan manajemen terhadap orang-orang yang didukung.

Semula Jannes merupakan bakal calon (balon) terkuat. Ia didukung Redpel Kompas Trias Kuncahyono dan kawan-kawannya. Akan tetapi Suryopratomo tidak begitu cocok dengan Jannes. Ia lebih cenderung pada Tjahya Gunawan.

Tjahya Gunawan sendiri hadir dalam pertemuan Siranagalih saat pembentukan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Akan tetapi setelah dipromosikan Pemred Kompas Suropratomo sebagai Wakil Kepala Biro Kompas Surabaya, ia tidak terlibat lagi dalam kegiatan AJI.

Selain didukung oleh Suryopratomo, Tjahya Gunawan kabarnya juga mendapat dukungan dari sejumlah redaktur dan wartawan desk ekonomi.

Sedangkan Adi Kusuma Putra justru didukung oleh General Manajer SDM Kompas, Bambang Sukartiono.

Ia berpeluang besar karena program-programnya yang berpihak pada perempuan. Adhi KSP tidak diragukan lagi merupakan calon terfavorit di kalangan pekerja perempuan. Adi KSP pernah menjabat sebagai wakil kepala biro di Semarang tetapi dicopot dari jabatannya karena tersandung kasus.

Selama kampanye pemilihan, Adi paling antusias. Kabarnya ia sangat royal membelikan gorengan dan membagi-baikan makanan ke setiap desk di lantai tiga gedung Kompas Gramedia.

Insiden Kiraman

Untuk menyemarakkan pemilihan, Trias Kuncahyono menginstruksikan pada tim grafis untuk membuat poster-poster pemilihan.

Lucunya, insiden pun sempat terjadi. Wakil Ketua Satpam Kiraman Sinambela, tersangka kasus penyekapan terhadap sekretaris Perkumpulan Karyawan Kompas, sempat mencopoti poster-poster yang banyak ditempel di lantai tiga.

Tindakan Kiraman itu langsung ditegur oleh James Luhulima. Ia membentak Kiraman, “Siapa menyuruh mencopot poster-poster itu?.”

Menurut Kiraman, itu merupakan instruksi GM Humas Kompas Nugroho F Yudho. Akan tetapi Kiraman kemudian urung mencopoti poster-poster itu setelah diyakinkan oleh James.

Dalam insiden kecil itu, tidak ada orang yang ditangkap, diseret-seret dan disekap di pos satpam dalam kasus penempelan poster-poster tersebut.

Ketua Perkumpulan Karyawan Kompas yang sah dan sejati, Syahnan Rangkuti, kabarnya masih bersikap diam terhadap pemilihan liar itu. Akan tetapi Bambang Wisudo kabarnya akan menyampaikan protes terhadap Arbain dan kawan-kawannya. (tra/E3)
posted by KOMPAS @ 7:54 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
Previous Post
Archives
Powered by

Hit Counter
Hit Counter

Free Blogger Templates
BLOGGER

http://rpc.technorati.com/rpc/ping <