Anggota Koalisi
Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Aliansi Buruh Menggugat/ABM (KASBI, SBSI 1992, SPOI, SBTPI, FNPBI, PPMI, PPMI 98, SBMSK, FSBMI, FSBI, SBMI, SPMI, FSPEK, SP PAR REF, FKBL Lampung, SSPA NTB, KB FAN Solo, AJI Jakarta, SBJ, FKSBT, FPBC, FBS Surabaya, PC KEP SPSI Karawang, GASPERMINDO, ALBUM Magelang, FKB Andalas), YLBHI, LBH Pers, LBH Jakarta, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), PBHI, TURC, LBH Pendidikan, Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Serikat Guru Tangerang, Serikat Guru Garut, Federasi Guru Independen Indonesia, ICW, LBH APIK, IKOHI, KONTRAS, PPR, Somasi-Unas, SPR, Arus Pelangi, GMS, LPM Kabar, Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Praksis, Forum Pers Mahasiswa Jabodetabek (FPMJ), FMKJ, Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP), FSPI, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Repdem Jakarta, SPN, OPSI, SP LIATA, SPTN Blue Bird Grup
Links
Media
Thursday, December 14, 2006
Kompas Gunakan KCM Tanpa Konfirmasi
catatan redaksi: Kompas online (www.kompas.com) memuat berita tentang persoalan Bambang Wisudo. Selain berisi bantahan terhadap peristiwa, berita yang ditulis wartawan senior Kompas ini diturunkan tanpa konfirmasi. Walau Bambang Wisudo sudah meminta hak jawab, namun tak ditanggapi. Dalam berita ini, Pemred Kompas Suryopratomo mengatakan apa yang dilakukan oleh Satpam sudah sesuai prosedur. Selain itu, K Sinambela mengkonfirmasi bahwa sempat terjadi tarik-menarik yang membuat Wisudo terjatuh. Redaksi merasa penting memuat berita ini karena meski pemberitaan ini tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, namun ada beberapa pengakuan yang dapat menjadi fakta hukum yang menarik untuk diusut polisi.

Satpam Tidak Menyandera dan Menganiaya Wartawan
Laporan Wartawan Kompas
R Adhi Kusumaputra

JAKARTA, KOMPAS - Petugas keamanan (satpam) Kelompok Kompas Gramedia (KKG)menolak tudingan telah menganiaya dan menyandera Bambang Wisudo, wartawanKompas sebelum yang diberhentikan. Wisudo dibawa ke pos satpam, karena dia tak mau dibujuk menghentikan penempelan selebaran di lingkungan gedung KKG.

Hal ini dijelaskan oleh Pemimpin Redaksi Harian Kompas Suryopratomo kepadajajaran wartawan dan karyawan Kompas di Jakarta, Senin (11/12). PernyataanSuryopratomo ini diperkuat oleh keterangan Komandan Satpam Kelompok KompasGramedia (KKG) Sigit Hendarta dan wakilnya, K. Sinambela, yang menanganikasus ini saat itu.

Di berbagai media masa, sejak Jumat (8/11) sore diberitakan Bambang Wusudodiseret dan disandera oleh Satpam KKG, tanpa konfirmasi kepada petugasSatpam.Menurut Suryopratomo, pada hari Jumat 8 Desember sore, Wisudo kedapatanmenempel surat pribadinya kepada Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama ke gedungKKG. "Satpam telah melakukan prosedur yang benar. Mereka bertanya kepadaWisudo, ini ada apa, mari kita bicarakan di pos," kata Suryopratomo menceritakan duduk soal peristiwa itu.

"Ketika akan dibawa ke pos satpam, Wisudo menolak dan menjatuhkan dirinya.Lalu dia terpaksa digendong oleh satpam ke pos. Dari pos satpam, Wisudo masih bisa diwawancarai Radio 68H dan menghubungi teman-temannya. Jadi tidak ada pemukulan. Bahkan dia diberi minum dan makan pisang goreng," kata Suryopratomo.

Diingatkan oleh Suryopratomo bahwa surat pribadi ke Jakob Oetama tidakpantas disebarkan ke ruang publik. Kalaupun ada tembusan, hendaknya hanyadiketahui yang diberi tembusan, dan bukan dibagikan ke semua orang.Penjelasan satpamHal senada diungkapkan Komandan Satpam KKG Sigit dan wakilnya K. Sinambela."Pukul 16.30, kami mendapat informasi bahwa ada satu karyawan menyebarkanselebaran. Satpam menegur Wisudo dan memintanya menghentikan itu, tetapiWisudo tidak mau dan mengatakan itu hak dia. Karena Wisudo tak bisa dibujuk,satpam melapor kepada saya," cerita Sigit.

Sigit memerintahkan K Sinambela untuk melakukan pengamanan. "Dia dibujuk untuk menghentikan penempelan selebaran tapi dia tidak mau. Karena itulah dia diminta ke posko keamanan. Wisudo tidak mau diperiksa," ungkapnya.

Sinambela meminta Wisudo ke ruang posko, lalu terjadi tarik-menarik. Wisudojatuh ke lantai. "Dengan berat hati kami menggotong Wisudo. Di ruang posko pun, kami minta maaf karena Wisudo tidak mau mengikuti kami. Satpam tidakmenyekap ataupun menyanderanya. Kami tak paksa dia dimintai keterangan diposko. Karena tetap deadlock, akhirnya Wisudo dipanggil lagi ke lantai III kantor Redaksi Kompas," demikian penjelasan Sigit dan Sinambela tentang Wisudo.
posted by KOMPAS @ 3:26 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
Previous Post
Archives
Powered by

Hit Counter
Hit Counter

Free Blogger Templates
BLOGGER

http://rpc.technorati.com/rpc/ping <