Anggota Koalisi |
Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Aliansi Buruh Menggugat/ABM (KASBI, SBSI 1992, SPOI, SBTPI, FNPBI, PPMI, PPMI 98, SBMSK, FSBMI, FSBI, SBMI, SPMI, FSPEK, SP PAR REF, FKBL Lampung, SSPA NTB, KB FAN Solo, AJI Jakarta, SBJ, FKSBT, FPBC, FBS Surabaya, PC KEP SPSI Karawang, GASPERMINDO, ALBUM Magelang, FKB Andalas), YLBHI, LBH Pers, LBH Jakarta, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), PBHI, TURC, LBH Pendidikan, Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Serikat Guru Tangerang, Serikat Guru Garut, Federasi Guru Independen Indonesia, ICW, LBH APIK, IKOHI, KONTRAS, PPR, Somasi-Unas, SPR, Arus Pelangi, GMS, LPM Kabar, Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Praksis, Forum Pers Mahasiswa Jabodetabek (FPMJ), FMKJ, Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP), FSPI, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Repdem Jakarta, SPN, OPSI, SP LIATA, SPTN Blue Bird Grup |
Links |
|
Media |
|
|
Sunday, April 1, 2007
|
Di Mana Hati Nurani Kompas?
|
SUARA PEMBACA
Salam hangat untuk semua rekan jurnalis,
Rasanya getir membaca kasus Bang Wisudo. Media sekaya dan sementereng Kompas bisa berlaku murahan seperti itu. Sungguh "tak beradab". Kalau media sebesar Kompas saja sudah begitu, apa jadinya kami yang bekerja di koran daerah.
Di mana hati nurani Kompas? Boro-boro mengemban amanat hati nurani rakyat; nurani sendiri tak bisa diurus. Maka memang betul: harus dilawan!
Perlawanan rekan-rekan di Jakarta secara tidak langsung akan berdampak bagi kami di daerah. Minimal, bos-bos media daerah akan berpikir satu setengah kali untuk bersikap sama.
Aku ingin sekali ikut menyebarkan berita perlawanan ini jika pengelola Kompas Inside berkenan mengirimkan informasi terbaru untuk blog BatakNews . Memang sempat ada niat untuk langsung mengutip dari blog Kompas Inside. Atau bagaimana sebaiknya?
Atas nama BatakNews, aku juga menyatakan bersedia ikut ke dalam koalisi ini -- walaupun tidak bisa terlibat secara fisik.
Pada kesempatan ini aku juga mohon dukungan kawan-kawan [sebelumnya aku minta maaf bila keluhanku ini kurang cocok sampai ke forum ini]. Aku seorang jurnalis di Balige, sebuah kampung di tepi Danau Toba. Aku pernah redaktur di Grup Jawa Pos dan anggota AJI Medan.
Sudah 12 tahun menulis untuk koran terbitan Medan dan sering berpindah media -- semuanya karena satu hal; aku tak sanggup bekerja pada media yang korup dan penuh kebohongan.
Kupikir, sama seperti Kompas, semua [sekali lagi: semua] koran daerah lebih mementingkan [media sebagai lembaga] bisnis ketimbang [media sebagai lembaga] demokrasi. Kita wartawan harus memilih: bertahan ikut arus besar yang arahnya keliru [sembari berkhianat pada nurani] atau menelikung mengikuti arus kecil tapi arahnya benar.
Batinku selalu tersiksa selama bekerja di koran. Aku tak sanggup lagi terlalu lama membohongi nuraniku. Aku tak sanggup lagi bekerja dalam sistem yang korup.
Sebab itu, dua hari lalu, tepatnya 20 Maret, kuputuskan menjadi wartawan independen-penuh dengan membuat sebuah blog berita. Dan sejak hari itu kutekadkan: tidak akan pernah kembali bekerja di koran dan media lainnya [walaupun sebenarnya ada tawaran dengan posisi redaktur].
Di sinilah aku butuh bantuan/dukungan kawan-kawan Jakarta. Mungkin hanya dengan "apa kabar" atau menulis catatan pendek di blogku. Itu akan sangat bermakna. Itu akan menjadi suntikan darah segar buat nadiku. Di kampungku ini, AKU KESEPIAN. Betul: aku kesepian. Tak ada satu pun wartawan yang sepaham. Semua adalah pengikut arus besar itu.
Aku tahu, membuat sebuah blog berita dari kampung kecil adalah ide gila. Tapi itu lebih baik daripada harus terus membohongi hati nurani. Aku dan istriku pun sudah sepakat; kami tak berharap uang lagi dari profesi wartawan. Blog ini hanyalah semacam kertas di mana aku bisa menggoreskan pikiranku; karena aku tak bisa lepas dari menulis.
Kini aku bekerja membantu usaha istriku berjualan oli-campur becak [rumahku di samping pom bensin] dan voucher elektrik di depan rumah kami. Inilah profesi yang akan kujalani seterusnya untuk menghidupi dua anakku: berdagang. Menulis [di blog] bukan lagi demi honor yang sangat kecil itu; tapi semata-mata demi hasrat menyampaikan kebenaran.
Ingin rasanya terus menumpahkan isi hati ini. Tapi aku takut menjadi "gila" kembali dan "memaki-maki" banyak bos media.
Setulus hati kuminta dukungan moral dari kawan-kawan di mana pun berada. Kutitipkan salam khusus untuk Bang Wisudo dan keluarga.
Wassalam,
Jarar Siahaan di Balige http://bataknews.wordpress.com |
posted by KOMPAS @
9:10 PM
|
|
|
|
Previous Post |
|
Archives |
|
Powered by |
|
|